07/11/08
Televisi merupakan “kotak ajaib” berisi realitas-realitas. Tayangan-tayangan berisi realitas itu ‘dibungkus’ dengan kemasan sedemikian rupa oleh para penguasa media. Mereka dapat mengurangi, menambahkan, mempercantik atau memperburuk hal yang ingin ditayangkan sesuai dengan kepentingan mereka.
Ideologi penguasa media kini yang memegang kendali. Dalam konteks ini, penguasa media bisa berasal dari berbagai pihak, yakni pihak yang memiliki kepentingan-kepentingan di balik tujuan yang hendak dicapai. Kepentingan itulah yang mendorong mereka untuk melukis realitas menggunakan media televisi.
Kini, petanyaan yang kerap muncul adalah: “Apakah televisi merupakan cermin realitas?” Atau “Apakah televisi menayangkan ‘separuh realitas’ dan separuh ’kebohongan realitas’?” Atau yang lebih ironis, “Bagaimana media membentuk realitas budaya masyarakat Indonesia?”
Realitas yang ditayangkan di televisi memang ada yang berisikan fakta. tetapi, jangan salah kaprah bila kita menonton tayangan fiksi yang terlihat seperti kenyataan atau realitas yang sebenarnya terjadi. Hal ini dapat terjadi karena penyetingan berbagai media yang membuat seakan-akan hal tersebut merupakan pencerminan kenyataan yang terjadi dalam dunia nyata.
Para penguasa media kerap tidak mementingkan kepentingan pihak konsumen televisi, melainkan mementingkan dirinya saja. Demi rating, demi sumber kekayaan, demi memenangkan persaingan dengan stasiun televisi lain, tetapi mengenyampingkan isi pesan tayangan yang disiarkannya. Sehingga terjadilah yang disebut kapitalis media.
Jika hal ini terus terjadi, bisa saja remaja Indonesia mengganggap bahwa ciuman dan pelukan merupakan hal yang biasa dilakukan pasangan, atau bisa saja para penjahat menganggap bahwa membunuh orang dengan cara mutilasi menjadi tren dalam bidang kriminal, kemudian, bisa saja anak-anak kecil menganggap orang bisa terbang dan bisa menghilang, dan masih banyak dampak negatif lainnya yang mengkin dapat membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Dampak-dampak tersebut dapat dicegah, dengan cara menjadi penonton yang bijak. Yakni, penonton yang dapat menyerap dengan menyaring terlebih dahulu informasi yang masuk saat menonton televisi. Kemudian analisis “Apakah ini realitas?”
Home »
All About Media
»
Realitas di Balik Televisi
Realitas di Balik Televisi
Label:
All About Media
- Sabtu, 08 November 2008
Share
2 komentar:
|realitas??|, kata yang penting dan harus di catat dalam hidupmu non, hidup kita, hidup orang-orang yang ingin hidupnya menjadi lebih hidup.. aq nggak bisa berkomentar terlalu jauh dari artikel ini non,,, tapi cukup menarik,, selain bahasa yang di gunakan T.O.P B.G.T, inti sari dari apa yang kamu sampaikan juga sudah tepat sasaran,,, tapi mungkin ada sedikit masalah, atau ini mungkin bukan masalah melainkan kelebihan.. aq seperti membaca topik di sebuah "koran" dan kamu wartawan yang tulisannya dikutip dikiri atau di kanan bawah.. nice..
Televisi merupakan “kotak ajaib” berisi realitas-realitas. (ini kalimat di awal paragrap lo)truz dikalimat2 berikutnya lo malah bikin kalimat oposisi dari kalimat di awal paragrap. Seharuzny lo bikin "introduction" dari wacana lo haruz sesuai mpe kalimat di paragrap akhir (biar koheren aj)
alah so banget dah gw
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar