Sabtu,26 Desember 2010, saat Senayan dan sekitarnya (stadion gelora Bung Karno) penuh sesak oleh manusia berbaju merah-putih bergambar Garuda di dada mereka yang sedang ikut mengantri tiket AFF final. Ditambah lagi, dentuman tabuhan drum, tiupan trumpet para pemain marching band yang sudah terdengar samar dari sekitar parkir timur Senayan. Ya, merekalah tim-tim hebat Marching Band dari seluruh Indonesia yang berlomba di Grand Prix Marching Band (GPMB)putaran semifinal siang itu.
Pagelaran akbar yang terjadi setahun sekali ini, menjadi saat yang ditunggu-tunggu unit-unit Marching Band se-Indonesia unjuk gigi, pembuktian-keeksisan mereka di kancah "per-marchingband-an" dengan memperlihatkan skill serta merebut piala bergilir. Momen ini juga sekaligus jadi momen 'nostalgia' saya pada momen GPMB beberapa tahun lalu. Karena setiap saya melihat pemain percussion memainkan alat mereka seperti ada hasrat untuk turut menabuh snare drum dan ikut bermain bersama mereka. Selalu.
Adalah Sadaluhung Padjadjaran de Corps (SPdC) unit marching band Universitas Padjadjaran unit yang pernah saya ikuti dan menjadi salah satu unit yang turut meramaikan "perang" antar band lain, seperti Madah Bahana UI, Waditra Ganesha ITB, Semen PADANG, Universitas Gajah Mada, Gita Surosowan Banten, dan masih banyak band lain yang juga berpartisipasi dalam divisi umum. Selain itu, ada pula dari divisi sekolah, seperti Santa Ursula dan Bahana Cendaka Kartika Duri.
Durasi waktunya 12 menit, itu ada lampu merah-kuning-hijau, yang jadi tanda buat peringatan waktu kalau udah mau abis. kalo merah berati udah abis dan mungkin bisa didiskualifikasi.
Itu namanya cone. F-E-D-C-B-A-A-B-C-D-E-F dst... yang ada dipinggir-pinggir itu buat patokan para pemainnya. Jadi misalnya, bait pertama geser ke kanan di cone huruf apa, maju berapa langkah ke cone apa. Jadi harus sambil liatin cone nya.
Tiap sebelum mulai main, mereka dikasih waktu untuk pemanasan dulu. Nanti kalau ada pertanyaan "Apakah Band Anda Siap" baru deh field commander akan bilang "Band, Horns Up" yaitu sesaat setelah FC naik ke atas podium untuk memimpin band. Di saat inilah detik-detik jantung semakin berdegup kencang, tangan keringetan, tarik napas dalam-dalam dan berdoa.:)
Meskipun segala persiapan sudah matang, latihan sudah "jungkir-balik", alat dipastikan tidak ada yang rusak, namun tetap saja akan demam 'lapangan', ketika kita (baca:pemain) disaksikan beratus pasang mata penonton dan juri yang menilai dari berbagai kategori.
Penampilan unit marching band tidak hanya dapat dinilai dari kualitas musiknya saja, tapi juga dinilai dari kategori per section: brass, percussion, colour guard. Lalu, general effect, display, kostum, field commander, dan masih banyak lagi. Jadi tidak selalu bahwa jika secara visual unit itu bagus, lalu band itu menang, jika ternyata skill musiknya kalah dengan band lain.
Jadi, GPMB bukan hanya sekedar suguhan musik, tapi juga tari, dan seni teatrikal yang diperankan pemain untuk memperkuat cerita sesuai dengan tema yang diangkat.
1 komentar:
mas budi juga liat, soalnya dia dulu pemain marching band. Ampe di kirim ke holland
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar