Senjata komunikasi yang dinamakan: kata-kata

Share

Komunikasi. Semua orang melakukannya, setiap hari, setiap ia melakukan sesuatu, bisa disebut komunikasi. Asal, perilaku tersebut dimaknai oleh seseorang atau komunikannya. Teringat akan sebuah teori dari Laswell, yang berbunyi: who says what-in which channel-to whom-with what effect. Membuat kita seharusnya memperhatikan komponen-komponen yang 'dilalui' dalam sebuah proses komunikasi.

Kata-kata. Ini adalah senjata yang digunakan komunikator dan komunikan dalam berkomunikasi. Sayangnya, tidak semua dari mereka menggunakan senjata dengan peluru dan pelatuk dengan tepat. Sehingga kerap ditemukan kesalahan atau terjadi miss communication, yang menyebabkan salah persepsi antar mereka.

Di sinilah kekuatan senjata tersebut. Yakni, bagaimana kita memilih, mengolah, lalu menggunakan kata tersebut. Sehingga apa yang kita sampaikan bisa sampai ke pendengar dengan tepat.

Kekuatan kata-kata bisa menyihir pendengarnya. Kredibilitas, prestice, atau kepercayaan akan timbul, ketika orang yang menyampaikan menggunakan kata yang tepat. Sebagai contoh, saya, mengutip kata-kata mantan Presiden Amerika dalam pidato pelantikan mereka, mereka berujar:

"Satu-satunya yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri", ujar Franklin D Roosevelt.

"Jangan tanyakan apa yang negara bisa lakukan untuk anda, tetapi apa yang anda lakukan untuk negara anda", ujar John F Kennedy.

Dan kata-kata presiden Amerika ke-44, Barack Obama dalam pelantikannya, 20 Januari 2009:
"Hari ini, saya katakan bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata, serius, dan banyak. Itu semua tidak akan mudah diatasi atau dalam waktu singkat. Tapi ketahuilah, Amerika, kita akan sanggup mengatasinya".

Dari contoh diatas, kita bisa mencerna bahwa kredibilitas komunikator terlihat dari cara berbicara, dan peran yang diperankan seorang komunikator di hadapan publik.

Teringat sebuah komunikasi yang terjadi antara saya dengan Pak budi dan Pak Har kemarin, ketika saya ingin meminta izin untuk meninggalkan pekerjaan untuk melakukan wawancara dengan seseorang. Saya berkata,"Pak, saya izin mau wawancara Pak Eka, sebentar".

Coba disimak, ternyata penggunaan kata "sebentar", mengundang daya kritis Pak Budi. Dia menanyakan, "Seberapa lama, sebentarnya kamu?, 5 menit kah, 1 jam kah?

Dalam konteks ini, ternyata kita harus pandai-pandai memilih kata. Karena, makna kata "sebentar"itu sebenarnya tidaklah bermakna apa-apa. Namun digunakan hanya untuk meyakinkan saja, atau mungkin dipakai untuk penundaan.
Di sinilah kita sebagai manusia, sebagai komunikator, sebagai makhluk yang senantiasa berkomunikasi, melakukan pemilihan kata yang bagus, agar tidak ada multi persepsi antar pemainnya.

Jadi, sudahkah kita menggunakan senjata yang bernama: kata-kata, dengan baik dan benar?

4 komentar:



Novia Delvita mengatakan...

de, aq pernah teringat seorang teman bicara gini,, di dalam hidup lo ada mental untuk melawan diri sendiri,, ada pertanyaan-dari pertanyaan, dan semua itu bisa menjadikan lo orang yang besar jika menjadi kritis.
artikel ini cukup manis bagi seorang yang senang bermain dengan kata-kata, sangat menarik..
kamu sudah menemukan kebiasaaan menulis dan menurut aq ini merupakan proses mimpi yang sedang kamu jalani..
ada kutipan dari seorang teman, "Menciptakan kebiasaan baru adalah salah satu dari kunci sukses. Jika lo ingin sukses lo harus mulai menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang akan membawa lo kepada kesuksesan".
tetap semangat de, luph u!

inong mengatakan...

apa yang anda pikirkan itulah yang akan terjadi pada diri anda, so berpikirlah positip dalam hidup ini ok?

Novia Delvita mengatakan...

iya..kita harus berpikir positif...
Karna kekuatan pikiran itu lebih besar dari apa yang pernah kita duga...
sukses yah....thanks

zakius.gantengius mengatakan...

waw..ternyata kamu mengalami kemajuan yang luar biasa..aku mulai bisa menikmati tulisan kamu, Tulisan kamu sudah mulai "Berisi". seperti yang pernah aku bilang...kamu memiliki pribadi yang cerdas.

gud luck....

Posting Komentar