Kisah Anak Papua Yang Meraih Penghargaan Adiwarta Sampoerna 2008

Share

Sebuah tayangan bertajuk “Salomina Berjuang Meraih Pendidikan” buah karya Anastasya Putri dan Anto Sukma Liputan 6 Siang, berhasil memenangkan sebuah penghargaan Adiwarta Sampoerna 2008. Anugerah Adiwarta Sampoerna (AAS) merupakan sebuah ajang penghargaan dan kompetisi tahunan bergengsi bagi para jurnalis Indonesia. Ajang ini diadakan oleh PT HM Sampoerna Tbk. sejak tahun 2006 untuk mengapresiasi karya-karya jurnalistik yang diharapkan dapat memotivasi para jurnalis untuk terus meningkatkan kualitas karya mereka. Pada tahun 2008, AAS mempertajam fokusnya terhadap karya-karya jurnalistik yang berdampak sosial. Ditahun tersebut pula, untuk pertama kalinya diadakan kategori baru, yakni karya jurnalistik televisi.
Tahun 2008 ini, animo para jurnalis semakin besar untuk mengikuti ajang AAS 2008, hal tersebut terbukti dari jumlah karya yang masuk sebanyak 1057 karya yang dikirimkan 274 jurnalis dari sedikitnya 100 media yang beroperasi di Indonesia. Namun, meski baru pertama kali kategori jurnalistik televisi ini diadakan pada tahun 2008 lalu, Liputan 6 telah membuktikan kehebatannya dengan mengalahkan 16 karya jurnalistik televisi lain, yang diambil 4 finalis. Adapun kategori yang dimenangkan adalah kategori karya jurnalistik terbaik.
Dalam malam penganugerahan Adiwarta Sampoerna yang diselenggarakan di Hotel Crowne Plaza, Jakarta pada tanggal 11 Desember 2008 yang lalu, dihadiri oleh sederet juri, yakni: Arswendo atmowiloto, Bambang Hari Murty, Don bosco selamun, dan George kamarullah. Malam itu, Anastasya Putri dan Anto Sukma membawa pulang trofi, sertifikat, dan uang senilai 18 juta rupiah.
“Salomina Berjuang Meraih Pendidikan” berkisah tentang perjuangan seorang remaja putri kelas 3 SMA yang tinggal di Wamena, Papua, bernama Salomina. Kegigihannya untuk dapat bersekolah mengalahkan lelahnya dan sulitnya raga untuk sampai ke sekolah yang memakan waktu 2 jam. Untuk menuju ke sekolah, ia harus berenang menyebrangi sebuah sungai dengan memeluk sebilah kayu agar ia tidak tenggelam. Saat hendak menyebrangi sungai, ia melipat baju seragam dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian, menceburkan diri dengan mengenakan kaus dan celana pendek.
Memang berat perjuangan Salo mendapatkan pendidikan. Namun kobar semangatnya yang tidak pernah padam, membuat dirinya terus berjuang melawan ketidakberuntungannya demi meraih cita-citanya menjadi dokter. Tapi mimpi itu bukan menjadi sekedar mimpi. Karena setelah penayangan di layar SCTV, ada pihak yang mencari Salo dan ingin membantu. Sehingga, kini Salo dapat meneruskan kuliah di salah satu universitas di Yogyakarta atas bantuan dermawan tersebut.
Tentu saja, perwujudan mimpi Salo tersebut dihasilkan dari kobaran api semangat yang ada dalam dirinya, yang ditularkan kepada penontonnya sekaligus bagi Liputan 6 untuk terus memberikan karya terbaiknya. (Novi)

2 komentar:



Dh0ni mengatakan...

kamu sudah menebarkan nilai yang cukup berharga yank, meskipun secara pribadi aq nggak pernah merasakan perjuangan yang seperti salomina,, tapi bagi yang mampu bertahan dengan perjuangan hidup seperti itu justru akan menjadi orang yang luar biasa di banding kita..
kita memang harus selalu meneriakkan kata semangat di hati!!
seperti salomina yang luar biasa, kamu membawa artikel ini menjadi semangat ketika dibaca.
trims,, aq jadi berfikir banyak hal dari seorang salomina.
terus semangat menulis ya sayank.. sekarang aq yang harus memberi kamu semangat!! hayo semangat!

zakius.gantengius mengatakan...

tulisan kamu makin berkembang ajah...tuh kan kamu bisa ternyata... jadi terus pecaya diri.

oke girl..trus berusaha!!!

Posting Komentar