23 DES 2008
Degradasi kualitas tayangan televisi menuai amarah dan kritik pedas dari berbagai kalangan. Banyak pihak yang menilai bahwa kualitas tayangan televisi Indonesia kini dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi penontonnya. Opini publik yang kini beredar mungkin disebabkan dengan banyaknya tayangan yang kurang mendidik atau berbahaya jika ditonton.
Opini publik tersebut seharusnya dapat menjadi renungan bagi media televisi di Indonesia agar media televisi dapat menjalankan peran dan fungsi mereka sepenuhnya, yaitu untuk memberi informasi (to inform), untuk mendidik (to educate), untuk menghibur (to entertain), dan untuk memberi pengaruh (to influence). Tetapi, apakah mereka telah melaksanakan peran dan fungsi dengan baik?
Jawabannya belum. Karena segelintir media cenderung tidak menjalankan perannya dengan seimbang. Melainkan menjalankan fungsi-fungsi mereka sebagai media pemenuhan kebutuhan informasi, tetapi kerap menghadirkan egoisme di dalam bisnis mereka.
Egoisme terjadi ketika media televisi dihadapkan oleh rating yang seakan-akan raja bagi penentu keputusan atau kebijakan pengelola media. Rating dianggap indikator keberhasilan terhadap sebuah program. Sehingga terkesan bahwa meningkatnya rating sama dengan meningkatnya mutu sebuah program televisi. Padahal rating hanya menentukan survey secara kuantitas bukan kualitas.
Di sinilah idealisme media dipertanyakan. Demi rating, demi mendapatkan profit, pengelola media menggunakan rating sebagai “penasihat” dalam mengambil kebijakan tertentu, meskipun kebijakan tersebut diambil sambil “menutup mata” bahwa program tersebut belum baik kualitasnya, namun di sisi lain dapat mendatangkan iklan yang banyak karena banyaknya jumlah penonton yang menyaksikan program tersebut.
Jika hal ini terjadi, penontonlah yang jadi korbannya. Terutama bagi pemirsa yang memiliki intelektualitas rendah, yaitu orang yang “menelan mentah-mentah” informasi yang diterpa televisi tanpa memilah-milah terlebih dahulu. Begitu pula bagi anak yang kurang pengawasan orang tua saat menonton televisi, sehingga mereka belum mengerti hal-hal yang dapat dicontoh atau tidak. Malangnya, tentu saja tayangan yang kurang bermutu bisa dicontoh oleh mereka, dan akhirnya dapat berakibat buruk bagi mereka atau orang lain.
Saat itulah dilema terjadi, yaitu ketika keinginan pemirsa akan jenis program tertentu, tetapi sebenarnya tidak bermutu bagi mereka lalu tuntutan kenaikan profit yang ingin diraih media televisi. Masalah ini seakan lingkaran labirin yang tak bertemu titik ujungnya.
Oleh karena itu, media televisi harus jeli dalam menentukan dan menyiarkan tayangannya. Lalu dijalankannya aturan-aturan ada dalam penyiaran televisi. Serta adanya kontrol yang baik bagi penontonnya. Hal ini agar televisI berfungsi sebagaimana mestinya, baik untuk memberi informasi hingga untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.
Home »
All About Media
»
Mutu Tayangan Televisi
Mutu Tayangan Televisi
Label:
All About Media
- Senin, 22 Desember 2008
Share
2 komentar:
Keren!!! mmhhh degradasi mutu televisi, emang susah kalo hidup didunia kapitalis. jadi inget ama Siaran Pedesaan dan acara ACI film Nasionalis yang dikemas secara cerdas.
opini ini bisa jadi tidak sehat.. apa yang kamu sajikan justru membuat manusia seolah2x tidak mempunyai mutu untuk menangkap nilai yang baik dari tanyangan televisi... lihat sudut pandangnya teman..
^_^ maju terus..
jakarta menanti neh...
tiket oh tiket....
JAKARTA!!!!
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar